Posted by : Unknown Senin, 15 September 2014

PENGUJIAN HYDROGEN INDUCED CRACKING PADA KOIL BAJA LEMBARAN PANAS BAHAN BAKU PIPA API 5L X-52 DENGAN PARAMETER REGANGAN PLASTIS DAN TAKIKAN
Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-24 15:19:13
Oleh : GIAN GANJAR ZATNIKA (NIM : 13707013); Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Slameto Wiryolukito ; Dr. Ir. Hermawan Judawisastra. M. Eng, S1 -
 Material Engineering Study Programme
Dibuat : 2011, dengan 7 file

Keyword :
 baja lembaran panas, HSLA, HIC, regangan plastis, takikan, API 5L-X52
Berkembangya eksplorasi migas ke lingkungan sour service mendorong peningkatan ketahanan line pipe dan baja lembaran panas (hot rolled coil/HRC) terhadap hydrogen induced cracking (HIC). Pengujian HIC pada line pipe telah banyak dilakukan, namun tidak banyak studi mengenai ketahanan material HRC terhadap HIC. Padahal, properties dan kontrol proses produksi HRC sangat menentukan ketahanan suatu line pipe. Di samping itu, material HRC seringkali dihadapkan pada masalah regangan plastis atau takikan pada proses manufaktur, fabrikasi, dan instalasi pipeline. Untuk itu perlu pengujian HIC pada material HRC tanpa perlakuan (as-received) dengan sebelumnya dilakukan karakterisasi agar diketahui properties yang berpengaruh terhadap ketahanan HIC. Diperlukan juga pengujian HIC pada material HRC yang mengalami regangan plastis dan takikan untuk mengetahui ketahanannya. 

Pengujian HIC dilakukan pada
 material HRC bahan baku line pipe API 5L X-52 dengan orientasi searah dan tegak lurus pengerolan dalam kondisi tanpa perlakuan (as-received) dan kondisi mengalami regangan plastis sebesar 5%, 10%, dan 15%. Pengujian HIC juga dilakukan pada material HRC searah pengerolan dengan pengaruh adanya dua orientasi takikan (searah dan tegak lurus pengerolan). Karakterisasi berupa uji komposisi kimia, uji tarik, uji kekerasan, dan metalografi dilakukan pada material HRC, kemudian pengujian HIC dilakukan berdasarkan NACE TM0284-2003 dengan menggunakan larutan A selama 96 jam. Selanjutnya, evaluasi hasil pengujian HIC dilakukan dengan pengamatan visual, dye penetrant testing, metalografi, dan scanning electron microscopy. 

Dari hasil karakterisasi diketahui bahwa
 material HRC merupakan HSLA microalloy ferrite-pearlite dan/atau weathering steel hasil perlakuan termomekanik yang cocok untuk dijadikan bahan baku line pipe API 5L X-52MS dalam hal komposisi, sifat tarik, dan kekerasan. Pengujian HIC berhasil dilakukan sesuai NACE TM0284-2003 dan memberikan hasil bahwa material HRC as-received (orientasi searah dan tegak lurus pengerolan) tahan terhadap HIC akibat pengaruh dari penambahan unsur Cu, keuletan dan ketangguhan yang tinggi, cleanliness yang baik, serta mikrostruktur berupa fine polygonal ferrite (ASTM 12). Material HRC pada orientasi searah pengerolan dengan regangan plastis sampai 15% dan pada orientasi tegak lurus pengerolan dengan regangan plastis sampai 10% tahan terhadap HIC. Namun, material HRC pada orientasi tegak lurus pengerolan dengan regangan plastis 15% mengalami retak dengan CSR, CLR, dan CTR masing-masing 1,81%, 21,71%, dan 8,43%. Pada daerah retakan terdapat deformasi plastis tidak seragam dan indikasi morfologi inklusi yang dapat menjadi penyebab terjadinya retakan. Sedangkan, material HRC yang memiliki takikan dengan kedalaman, lebar, dan radius masing-masing 589-980 μm; 1152-1934 μm; dan 139-222 μm masih tahan terhadap pengujian HIC.
















Journal from JBPTITBPP / 2013-07-18 11:13:47
Oleh : Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Bandung, Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2004-04, dengan 5 file

Keyword :
 machine

KELAMBATAN WAKTU PENYALAAN CAMPURAN SOLAR DAN METIL ESTER KELAPA SAWIT PADAMOTOR DIESEL INJEKSI LANGSUNG (Prawoto, L. Shalahuddin dan R. C. Nugroho) hal. 1-6
Kelambatan waktu penyalaan merupakan parameter yang sangat penting dalam operasi motor diesel. Di definisikan sebagai waktu antara saat mulai injeksi bahan bakar dan saat mulai terjadinya pembakaran. Kelambatan waktu penyalaan harus sesingkat mungkin, bila terlalu panjang akan terjadi diesel knocking. Telah banyak penelitian menunjukkan bahwa dengan bertambahnya bilangan setana akan memperpendek kelambatan waktu penyalaan. Berkaitan dengan proyek Biodisel antara BPPT-PPKS dalam pemanfaatan metil ester minyak kelapa sawit (MES) sebagai bahan bakar alternatif, telah dilakukan pengujian dengan berbagai komposisi campuran MES-solar. Dari hasil perhitungan, bilangan setana campuran MES-solar lebih besar dibandingkan dengan solar murni, sehingga dapat diperkirakan bahwa kelambatan waktu penyalaan campuran MES-solar akan lebih pendek. Pengujian yang dilakukan pada mesin diesel dimaksudkan untuk membandingkan unjuk kerja dari berbagai campuran MES-solar. Dari data hasil pengukuran tekanan dalam silinder yang digunakan untuk menentukan kelambatan waktu penyalaan menunjukkan hasil yang sesuai dengan hasil-hasil penelitian ini. Korelasi antara kelambatan waktu penyalaan, bilangan setana dan kecepatan putar motor didapat dalam bentuk persamaan linear sederhana.

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle (Muljowidodo dan Cahyadi Setiawan)
 hal. 7-11
Moving platform yang diperlukan dalam pengembangan Robot Vision memerlukan kemampuan mobilitas yang sangat tinggi, baik dalam bentuk gerakan translasi maupun rotasi. Omnidirectional vehicle yang dilaporkan disini memiliki kemampuan gerak planar yang optimal, dalam bentuk gerak translasi kesegala arah dan rotasi dengan jari-jari belok (turning radius) dari nol sampai tak berhingga, sehingga cocok untuk digunakan sebagai moving platform Robot Vision untuk gerakan 2 dimensi. Pengujian yang dilakukan meliputi kemampuan gerakan lurus dalam beberapa arah yang berbeda. Algorithma kompensasi kesalahan gerak lurus yang dikembangkan mampu memperbaiki kesalahan gerak tersebut dengan hasil yang sangat baik.

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK CAM UNTUK MESIN CNC FREIS 3 SUMBU PADA AutoCAD (Sigit Yoewono Martowibowo(1) dan Wildan Rojuli Daa'i(2))
 hal. 12-19
Penelitian ini bertujuan untuk membuat perangkat lunak CAM untuk mesin freis CNC 3 sumbu pada AutoCAD release 2000 atau yang lebih baru menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic for Application (VBA). Proses pemesinan dilakukan pada bidang X-Y menggunakan pahat endmill. Masukan yang diperlukan oleh perangkat lunak adalah gambar 3-D yang merupakan model yang akan dimesin. Keluaran perangkat lunak adalah file ASCII yang merupakan data lintasan pahat dalam bentuk G-Code. Perangkat lunak juga menyediakan fasilitas untuk mendekati bentuk spline dan elips dengan bentuk garis yang saling berhubungan dengan tetap memperhatikan batas toleransi geometrik profil garis.

PREDIKSI DAN ANALISIS KESTABILAN GERAK LONGITUDINAL KAPAL BERSAYAP WING-IN-SURFACE EFFECT (Hari Muhammad)
 hal. 20-30
Makalah ini membahas masalah kestabilan wahana kapal bersayap 'Wing in Surface Effect'(WiSE). Parameter aerodinamika kapal bersayap hasil rancangan bersama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, PT Dirgantara Indonesia dan Institut Teknologi Bandung, dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Datcom Digital buatan Angkatan Udara Amerika Serikat. Harga parameter aerodinamika yang diperoleh kemudian digunakan untuk memprediksi karakteristik kestabilan gerak longitudinal wahana tersebut. Pengaruh permukaan (surface effect) pada beberapa parameter aerodinamika, yang selanjutnya akan mempengaruhi kestabilan gerak longitudinal wahana kapal bersayap WiSE akan didiskusikan pada makalah ini.

PEMODELAN PERPINDAHAN PANAS PROSES PENDINGINAN TERAK SEMEN DALAM GRATE COOLER (Prihadi Setyo Darmanto dan Sri Sugiharto)
 hal. 31-36
Proses pendinginan terak di dalam sebuah grate cooler merupakan bagian proses penting dalam pembuatan semen karena selain menentukan kualitas terak juga diharapkan sebagai cara rekuperasi panas untuk menurunkan konsumsi bahan bakar. Proses perpindahan panas antara terak dengan udara berlangsung dengan mekanisme gabungan radiasi, konveksi, dan konduksi. Makalah ini mengemukakan suatu model perpindahan panas untuk mengevaluasi distribusi temperatur baik pada tumpukan terak maupun udara selama melewatinya dalam arah vertikal dan horisontal di sepanjang grate yang sangat sulit diukur di lapangan. Hasil evaluasi teoritis divalidasi dengan pengukuran temperatur terak saat meninggalkan cooler. Metode perhitungan yang diusulkan ini diharapkan menjadi langkah dalam menentukan nilai konstanta pada sistem pengaturan debit udara pendingin terak. 



























PERANCANGAN PERANGKAT PENGKONDISIAN MFO PADA ALAT UJI PRESTASI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR DAN MFO
MFO CONDITIONING DEVICES DESIGN IN DIESEL ENGINE PERFORMANCE TEST EQUIPMENT WITH TWO TYPES OF FUEL
Undergraduate Theses from JBPTITBPP / 2014-06-04 08:35:23
Oleh : ANDRE JONATHAN TAMBAJONG (NIM : 13105130); Pembimbing Utama : Dr.Ing. Ir Tri Yuswidjajanto Zaenuri; Pembimbing Pendamping : Prof. Wiranto Arismunandar, S1 - Department of Mechanical Engineering
Dibuat : 2011, dengan 7 file

Keyword :
 Perancangan Perangkat, Pengkondisian MFO, Alat Uji Prestasi Motor Diesel, Dua Bahan Bakar
Saat ini, dunia masih sangat tergantung pada energi bahan bakar fosil yakni minyak bumi. Lebih dari 50% penggunaan energi manusia berasal dari minyak bumi sedangkan, seperti yang kita ketahui ketersediaan dari minyak bumi semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu, dalam penggunaan minyak bumi harus ditingkatkan efisiensi penggunaannya 

(konservasi dan diversifikasi). Peningkatan efisiensi penggunaan bahan
 bakar fosil berhubungan erat dengan prestasi dari motor bakar yang merupakan konsumen utama dari bahan bakar fosil. 

Salah satu
 cara untuk meningkatkan prestasi motor bakar adalah lewat bahan bakar itu sendiri yaitu dengan menambahkan zat aditif. Jenis aditif sangatlah beragam dan jenis bahan bakar yang beragam pula,sehingga untuk mengetahui kinerja aditif sering harus dilakukan pengujian secara terpisah. Oleh karena itu, dirancang alat uji prestasi motor bakar, dalam hal ini motor diesel, yang dapat dipergunakan untuk menguji dua jenis bahan bakar, solar dan Marine Fuel Oil (MFO), dengan jenis aditifnya masing-masing. 

Proses perancangan diawali dengan studi literatur dan dilanjutkan dengan pembuatan skema
 cara kerja sistem yang akan dirancang. Setelah skema cara kerja dari sistem yang dirancang selesai, maka ditentukan kriteria-kriteria dari komponen-komponen utama dan pendukung dalam sistem. Dari kriteria-kriteria yang ada, maka komponen-komponen utama 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © hendisatria - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -